Jumat, 18 November 2011

Laporan Skripsi Agribisnis

ANALISIS EFISIENSI PADA USAHA BUDIDAYA IKAN MAS DALAM KERAMBAJARING APUNG (KJA) STUDI KASUS DI KECAMATAN
SEI BINJAI KABUPATEN BUNGO PROVINSI JAMBI



PROPOSAL PENELITIAN


OLEH
SOLIHIN
081016154201277







PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
F A K U L T A S  P E R T A N I A N
UNIVERSITAS MUARA BUNGO (UMB)
2011

KATA PENGANTAR 


Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan Skripsi merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada program Agribisnis,Fakultas Pertanian,Universitas Muara Bungo.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ardiansyah.Sp selaku Dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan,semoga Skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya penulis dan pembaca.



M.Bungo, … 2011

Penulis






DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ……………………………………….................     ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………     iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………     iv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………...     v
BAB  I                 PENDAHULUAN
                 1.1.  Latar Belakang ……………………………………..........     1
                 1.2.  Perumusan Masalah ……………………………………..      3
                 1.3.  Tujuan dan Kegunaan Peneliti …………………………..       3
BAB  II    TINJAUN PUSTAKA
                 2.1.  Budidaya Ikan Mas Dalam KJA …………………………     4
                 2.2.  Teori Produksi …………………………………………...     8
                 2.3.  Model Fungsi Produksi ………………………………….      10
                 2.4.  Skala Usaha (Return to Scale) …………………………..     13
                 2.5.  Efisiensi Ekonomi ……………………………………….       15
                 2.6.  Hasil penelitian sebelumnya yang relevan ………………         18
                 2.7.  Kerangka pemikiran ……………………………………..     20
                 2.8.  Hipotesis …………………………………………………    21
BAB III   METODE PENELITIAN
                 3.1.  Ruang Lingkup Penelitian ……………………………….       22
                 3.2.  Sumber dan Metode Pengumpulan Data ………………..        22
                 3.3.  Teknik Pengambilan Sampel ……………………………       23
                 3.4.  Metode Analisis Data ……………………………………     23
                 3.5.  Konsepsi Pengukuran ……………………………………     28
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...     29

DAFTAR TABEL


Tabel                                                                                                           Halaman
1.      Perkembangan produksi ikan mas dan ikan nila dari usaha Keramba
Jaring Apung (KJA) Sei Binjai tahun 2004-2010 ………..................                 2


















DAFTAR GAMBAR


Gambar                                                                                                       Halaman
1.  Kerangka Pendekatan Studi pada Analisis Efisiensi Budidaya Ikan
Mas dalam Keramba Jaring Apung (KJA) ……………………….      21

I. PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang
            Pada usaha budidaya perikanan yang layak memerlukan pemahaman tentang potensi perikanan dan pengelolaan sumberdaya perikanan benar-benar harus dimiliki. Apabila persyaratan ini tidak terpenuhi, maka kelestarian yang selalu diharapkan tidak akan pernah terwujud dan bahkan mengakibatkan kondisi yang kritis bagi sumberdaya itu sendiri.
            Upaya pengembangan budidaya perikanan menjadi suatu hal yang penting, karena kegiatan ini diharapkan mampu mendukung ketersediaan hasil perikanan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dikonsumsi. Pengembangan budidaya ini dapat dilakukan dengan potensi sumberdaya perikanan minsalnya sungai, danau, waduk dan rawa. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi adalah dengan mengembangkan usaha budidaya perikanan diperairan umum, karena sifat dan kondisi perairan umum kurang memungkinkan untuk pembuatan kolam, maka
Perlu diadakan bentuk-bentuk budidaya lain yang dapat diusahakan seperti budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA).






Tabel 1 : Perkembangan produksi ikan mas dan ikan nila dari usaha Keramba
Jaring Apung (KJA) Sei Binjai tahun 2004-2010

Tahun
Jenis Ikan
Ikan Mas
Ikan Nila
Produksi(kg)
Kenaikan(%)
Produksi(kg)
Kenaikan(%)
2004
1.330

2005
1.968
0,47
2006
2.124
0,07
2007
2.157
0,02
1.220

2008
2.151
-0,01
1.433
0,17
2009
2.250
0,05
1.510
0,05
2010
2.395
0,06
1.755
0,16
Sumber: Pada tempat penelitian, 2011
            Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa produksi ikan hasil budidaya ikan dalam KJA terus mengalami peningkatan, meskipun demikian secara umum dapat dilihat bahwa persentase kenaikan produksi cenderung mengalami penurunan. Terjadi penurunan persentase kenaikan produksi ikan dari KJA tidak terlepas adanya hambatan yang dialami oleh petani ikan untuk meningkatkan hasil produksinya yang terkait dengan masalah biaya produksi dalam melakukan kegiatan budidaya tersebut.
Alasan penulis memilih Kecamatan Sei Binjai sebagai lokasi penelitian karena daerah ini memiliki danau yang merupakan tempat usaha budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung (KJA).

1.2.      Perumusan Masalah
Untuk dapat meningkatkan Usaha Budidaya ikan mas dan tercapai tingkat keuntungan yang maksimum bagi para petani ikan, usaha yang dilakukan tersebut perlu memperhatikan konsep efisiensi, hal tersebut seperti :

a.       Faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap produksi dan keuntungan usaha budidaya ikan dalam KJA.

b.      Bagaimanakah elastisitas produksi berbagai faktor yang mempengaruhi produksi.
c.       Berapakah besarnya pendapat usaha budidaya yang diterima petani ikan.
1.3      Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1   Tujuan penelitian ini adalah :
a.       Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi.
b.      Untuk mengetahui elastisitas produksi berbagai faktor yang mempengaruhi produksi.
c.       Untuk mengetahui seberapa besar pendapatan yang dapat oleh petani ikan.
1.3.2   Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah :
a.       Bagi mahasiswa, sebagai media latihan dalam rangka menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan cara mengamati, menganalisis, dan memecahkan masalah yang ada dilapangan serta sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana, pada Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muara Bungo.
b.      Bagi Jurusan dan Fakultas, sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya dalam rangka pengembangan usaha budidaya perikanan.

II. Tinjauan Pustaka


            Pada bagian ini akan disajikan teori-teori dan beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan yang berhubungan dengan maslah-masalah kegiatan KJA, pokok-pokok yang akan diuraikan adalah usaha budidaya ikan mas dalam KJA,teori produksi, model fungsi produksi yang akan dipakai dalam menganalisis data,analisis skala usaha dan analisis efisiensi.
2.1      Budidaya Ikan Mas dalam Keramba Jaring Apung
Usaha budidaya merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan produksi perikanan,selama ini telah dikenal berbagai sistem budidaya ikan air tawar,minsalnya keramba jarring apung,metode kolam air deras,metode kolam disawah dan sebagainya (Raharjo dkk, 1999).
            Usaha budidaya ikan air tawar dengan menggunakan KJA dapat dilakukan di perairan umum dan dilaut, system budidaya dengan cara ini sangat efisien dan memerlukan teknologi lebih rumit dibandingkan dengan system budidaya lainnya. Sistem budidaya ikan KJA mempunyai beberapa keuntungan yang dapat menggunakan perairan umum secara maksimal seperti pantai, sungai , rawa, dan waduk/danau. Penggunaan perairan umum untuk usaha budidaya ikan dalam Keramba Jaring Apung memiliki keistimewaan, diantaranya tidak diperlukannya pengaturan air, suhu dan pasok oksigen. Selain itu juga memudahkan kegiatan operaasional dan biaya investasi yang cenderung lebih rendah (Raharjo dkk, 1999).

2.1.1        Sarana Budidaya
Sarana budidaya merupakan semua sarana untuk menunjang kegiatan dalam melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan operasional kegiatan budidaya, sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan yang diinginkan dan sarana budidaya keramba jarring apung meliputi :
2.1.1.1  Sarana Pokok
1.      Rakit
Rakit merupakan kerangka untuk menompang jarring dan titian, yang diapungkan dengan menggunakan pelapung sehingga dapat menahan peralatan kerja yang cukup stabil diatas air. Rakit dapat dibuat dari bamboo, kayu atau besi. Kegunaan kestabilan rakit diatas air yaitu sbb :
  • Mencegah ikan lolos keluar dari jarring
  • Mencegah kerusakan sarana kerja
  • Mengurangi rasa stress pada ikan
  • Memberi rasa nyaman bagi petugas yang bekerja
Pembuatan rakit memerlukan bahan-bahan seperti : bamboo dan kayu dengan panjang 8 m yang fungsinya untuk menghindari adanya sambungan, konstruksi akan kurang kuat jika terdapat sambungan. Hal ini disebabkan rakit ditempatkan dipermukaan air yang selalu bergerak secara dinamis, apabila harus terpaksa ada sambungan pada pembuatan rakit, maka harus dilakukan pengontrolan setiap hari dan sebaiknya penyambungan diperkuat dengan “pengunci”.
Untuk memberikan daya apung pada rakit diperlukan pelampung. Daya apung rakit sangat dipengaruhi oleh jumlah pelampung, jenis pelampung, besarnya pelampung serta jenis bahan rakit. Pada pembuatan rakit dikenal bebeapa jenis pelampung yang dapat digunakan antara lain drum metal, drum plastik, fiberglass dan jirigen plastik.
2.      Jaring Pemeliharaan
Prinsip dasar budidaya dengan menggunakan Keramba Jaring Apung (KJA) menunjukkan bahwa sebuah jarring pemeliharaan sebaiknya :
·        Terbuat dari bahan yang kuat dan cukup tahan lama Untuk menahan berat total ikan dan tidak menghalangi pergantian air.
·        Mampu menahan pakan di dalam jaring pemeliharaan sampai pakan tersebut di konsumsi oleh ikan.
·        Tidak bersifat melukai ikan menjadi stress.
·        Memungkinkan keluarnya limbah ikan (hasil metabolisme) dari jaring tanpa terjadi akumulasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain jaring pemeliharaan antara lain : bentuk jaring, ukuran konstruksi dan bahan pembuatan jaring. Pemasangan jaring pemeliharaan dilengkapi dengan pemberat berupa batu sungai, blok beton atau pipa besi yang dibungkus selang plastik.
            Jaring pemeliharaan dilengkapi juga dengan penutup jaring, bahan yang digunakan dapat dibuat dari jaring atau bahan-bahan lainnya dan dapat dibuka jika diperlikan. Penutup jaring mempunyai fungsi antara lain : melindungi ikan dari burung-burung pemangsa, mengurangi efek langsung terhadap sinar matahari, mencegah ikan loncat keluar jaringan  pada saat memberi pakan dan mencegah ikan dari luar masuk kedalam jaring. Konstruksi jaring apung yang baik harus mwmpunyai ukuran mata jaring yang dapat membuka secara sempurna dan mudah dipasang  dibagian dalam rakit dan bagian ujung diikat dengan tali “polyethylene”. Hal ini akan membuat jaring tersebut tersembul diatas air setinggi rakit, sedangkan tali ris keliling harus diikat dengan kencang dengan kerangka rakit.
2.1.1.2   Sarana Penunjang
            Sarana budidaya ikan mas yang menggunakan metode KJA selain sarana utama juga memerlukan sarana penunjang lainnya seperti kapal atau perahu digunakan untuk mendukung kelancaran operasional dilapang. Kapal atau perahu diperlukan untuk transportasi setiap hari dalam rangka pemberian pakan, penggantian jaring dan perbaikan rakit atau jaring yang telah rusak.
2.1.2   Deskripsi Ikan Mas (Cyprinus carpio)
            Ikan mas merupakan salah satu jenis ikan yang termasuk sub kelas teleostei, ordo Ostariophysi, sub ordo Cyprinoidea, dari family cyprinidae dan genus Cyprinus memiliki cirri-ciri antara lain, badan memanjang dan agak pipih, mulut dapat disembulkan dan bagian belakang dilengkapi jari-jari keras (Arsyad dalam Dwiati, 1997).
            Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan ikan air tawar yang dewasa ini banyak dibudidayakan olah masyarakat. Jenis ikan ini tergolong ikan yang disukai masyarakat, pemeliharaan ikan ini telah berlangsung sejak dahulu hingga sekarang. Ikan mas hidup di tempat-tempat yang dangkal dengan arus air yang tidak begitu deras, baik disungai-sungai, danau maupun genangan air lainnya. Ikan mas dikenal sebagai ikan pemakan segala-galanya (omnivora), makanannya antara lain serangga kecil, siput-siputan,cacing-cacingan, sampah-sampah dapur, kotoran manusia, potongan-potongan ikan dan lain sebagainya (Asmawi S, 1986).
2.2   Teori Produksi
            Produksi merupakan suatu proses penggunaan barang atau jasa yang kemudian disebut sebagai input untuk dijadikan barang atau jasa lain yang disebut output. Sedangkan hubungan yang menyatakan factor froduksi (input) dan hasil produksi (output) disebut dengan fungsi produksi (Bishop and Thoussant, 1979). Suatu fungsi produksi memberikan ilustrasi mengenai jumlah output yang diharapkan apabila input-input tertentu dikombinasikan dalam suatu cara tertentu.
            Sejalan dengan hal tersebut, Mubyarto (1984) mengemukakan bahwa fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Suatu fungsi produksi dapat dilambangkan sebagai berikut :
y = f (X1. X2. …,Xa)
Dimana y menyatakan produk (output yang dihasilkan) dan X1 adalah berbagai macam input (factor produksi).
            Menurut Soekartawi (1994) fungsi seperti diatas hanya menyebutkan bahwa produk yang dihasilkan hanya tergantung dari factor-faktor produksi yang digunakan dan belum dapat memberikan hubungan yang kuantitatif dari fungsi produksi. Untuk memberikan hubungan kuantitatif dari fungsi produksi, maka haruslah dinyatakan dalam bentuk yang lebih spesifik atau khas, minsalnya :
  • Y = a + b X                 (persamaan linier sederhana)
  • Y = a + bX - cX²         (persamaan kuadratik)
  • Y = a X1ª¹ X2ª² X3ª³    (persamaan cobb-Douglass)
  • Y = a + b√ x                (persamaan akar)
Lebih lanjut, Ferguson danGoul (1975) dalam Lestari (1994) mengemukakan bahwa factor produksi dapat disajikan dalam bentuk matemtika yang memperlihatkan jumlah produksi yang dapat diperoleh dari suatu gugus pemakaian faktor-faktor produksi tertentu.
Dari bentuk penyajian matematika tersebut, fungsi produksi dapat memperlihatkan jumlah produksi maksimum yang dapat dicapai melalui penggunaan faktor-faktor produksi tersebut. Bentuk persamaan matematis dari fungsi produksi pada dasarnya merupakan abstraksi dari proses produksi yang disederhanakan.
Menurut Bishop dan Thoussant (1979) bahwa, ada tiga jeni umum dari hubungan-hubungan yang dapat dilihat didalam pembuatan suatu barang apabila satu macam input diubah-ubah jumlahnya sedangkan jumlah dari semua input yang lain tetap. Jenis hubungan yang pertama adalah hubungan yang menyatakan bahwa jumlah hasil produksi meningkat dengan jumlah yang sama untuk setiap satuan tambahan input. Dalam hal ini dikatakan bahwa terdapat hasil tetap (counstant return) dari input-input yang diubah-ubah didalam pembuatan barang-barang tertentu. Jenis hubungan yang kedua adalah hubungan yang menyatakan kesatuan tambahan input menghasilkan suatu tambahan hasil produksi yang lebih besar dari pada kesatuan-kesatuan input (increasing return). Jenis hubungan yang ketiga adalah hubungan yang menyatakan hubungan yang sama masing-masing kesatuan input menghasilkan suatu kenaikan hasil produksi yang semakin kecil dari kesatuan-kesatuan sebelumnya (decreasing return).


2.3   Model Fungsi Produksi
            Fungsi produksi cobb-douglass adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variable, dimana variable yang satu disebut variable “dependent” (yang dijelaskan) dan yang lain disebut variable “independent” (yang menjelaskan). Menurut Soekartawi (1994), ada tiga alasan pokok mengapa fungsi cobb-douglass lebih banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu :
  • Penyelesaian fungsi cobb-douglass relative lebih mudah dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain, seperti fungsi produksi kuadratik karena fungsi cobb-douglass dapat dengan mudah diubah dalam bentuk linear.
  • Hasil pendugaan melalui fungsi cobb-douglass akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menentukan besaran elastisitas.
  • Besaran elastisitas tersebut juga akan menunjukkan tingkat besaran “return to scale”.
Selanjutnya oleh Soekartawi (1994) dikatakan bahwa pada garis besarnya, terdapat beberapa kesulitan yang umum dijumpai dalam penggunaan fungsi cobb-douglass adalah sebagai berikut :
  • Spesifikasi variable yang keliru
Spesifikasi variable yang keliru akan menghasilkan elastisitas produksi yang negative atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil dan juga akan sekaligus mendorong terjadinya multikolineritas pada variable independent yang dipakai.
  • Kesalahan pengukuran variabel
Kesalahan pengukuran variable terletak pada validitas data, apakah data yang dipakai sudah benar atau sebaliknya (terlalu ekstrem keatas atau kebawah). Kesalahan pengukuran ini akan mengakibatkan besaran elastisitas menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah.
  • Bias terhadap variabel manajemen
Dalam praktek factor manajemen merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan produksi tetapi variabel ini kadang-kadang sulit diukur dan dipakai sebagai variabel independent dalam pendugaan fungsi cobb-douglass. Alasannya adalah variabel manajemen erat kaitannya dengan variabel yang lain. Karena variabel manajemen erat hubungannya dengan proses pengambilan keputusan dalam mengalokasikan variabel masukan-keluaran, maka variabel ini dalam fungsi pendugaan akan menghasilkan pendugaan yang bias.
  • Multikolinearitas
Multikolinearitas yakni apabila dua atau lebih variabel penjelas dalam fungsi pendugaan mempunyai kolerasi yang tinggi.
  • Data
Data tidak boleh ada yang bernilai nol karena logaritma dari bilangan yang bernilai nol atau negatif adalah tidak terhingga.
  • Asumsi
Asumsi yang perlu diikuti dalam menggunakan fungsi cobb-douglass tidak selalu mudah berlaku begitu saja, minsalnya Asumsi bahwa teknologi dianggap netral yang artinya intercept boleh berbeda, tetapi slope garis pendugaan cobb-douglass dianggap sama pada hal teknologi di daerah penelitian belim yentu sama.
           
Bentuk persamaan matematika fungsi cobb-douglass adalah :
Y = bo X1ª¹ X2ª² X3ª³ …. Xnªⁿ eˇ
Dimana :
Y                                 = Keluran (output)
            X1 X2 X3 …. Xn          = Faktor produksi yang digunakan
            Bo                                = Intercep
            a1, a2, a3 …an                   = Koefisien regresi
            e                                  = 2,7182 (bilangan natural)
            ˇ                                   = Disturbance term
Jika persamaan tersebut ditranformasikan dalam bentuk linear maka diperoleh :
            Ln Y = bo + a1 Ln X1 + a2 Ln X2 + a3 Ln X3 + … an Ln Xn + ˇ Ln e
Karena penyelesaian fungsi cobb-douglass selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linear, maka ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaiyu :
  • Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).
  • Dalam fingsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologo pada setiap pengamatan. Artinya kalau fungsi cobb-douglass yang dipakai sebagai model dalam suatu pengamatan, dan bila diperlukan lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.
  • Tiap variabel X adalah “perfect competition” artinya bahwa setiap variabel X tdk dipengaruhi oleh variabel lainnya.
  • Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup pada factor kesalahan, ˇ .
Penyelesaian fungsi cobb-douglass biasanya dengan cara regresi dimana variasi Y (output) akan dipengaruhi oleh variasi X (factor produksi) yang digunakan. Garis regresi adalah garis yang didapatkan dengan cara meminimumkan jumlah kuadrat deviasi vertical setiap titik dari garis regresi. Garis regresi yang baik (goodness of fit) akan didapatkan apabila beberapa persyaratan dipenuhi antara lain :
  • Bila variabel X adalah mempunyai hubungan dengan Y, dimana X mempunyai pengaruh yang kuat terhadap Y.
  • Hubungan antara variabel X terhadap Y akan terlihat kalau secara teori dan logis bahwa memang variabel Xmempengaruhi Y.
  • Bentuk hubungan antara variabel X dan Y dapat diduga sebelumnya, kalau hubungan tersebut telah dibuat diagram seberan titik.
2.4   Skala Usaha (Return to Scale )
Battie dan Taylor (1996)menyatakan bahwa untuk mengukur tingkat produktivitas dari suatu proses produksi, terdapat tiga tolok ukur yakni Produk Total (PT), Produk Marjinal (PM) dan Produk Rata-rata (PR). Hasil produksi rata-rata didefenisikan sebagai perbandingan antara produk total (PT) dengan jumlah input yang digunakan, Produk Marjinal (PM) didefinisikan sebagai tambahan hasil produksi sebagai akibat tambahan satu satuan input, ketiga tolak ukut tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
            Produk Total (PT) – f ( X ) – Y
            PR =  Total Produk = Y
            `           Total input        X
                        PM = Tambahan output = ∂Y = f’ (X)
                        Tambahan input     ∂X
            Lebih lanjut menurut Battie dan Taylor (1996) dikatakan bahwa dalam suatu produksi terdapat tiga daerah produksi yang dikenal :
  • Daerah I yaitu daerah yang mempunyai elastisitas produksi bernilai lebih besar dari pada satu (Ep > 1). Daerah satu dimana fungsi bergerak sampai pada tingkat input dimana hasil rata-rata maksimum dicapai atau di daerah ini hasil produksi rata-rata menaik. Jika seorang produsen ingin memaksimumkan keuntungan dan apabila produksi selalu menguntungkan ini akan selalu mendorongnya untuk menggunakan input paling sedikit pada suatu titik dimana hasil produksi rata-rata itu adalah tinggi. Daerah ini merupakan daerah yang tidak rasional karena penggunaan faktor-faktor produksi belum optimal.
  • Daerah II yaitu daerah yang mempunyai elestisitas produksi bernilai antara nol dan satu (0 < Ep < 1). Daerah ini disebut daerah yang pada kondisi “diminishing atau decreasing return to scale” artinya penambahan factor produksi yang digunakan akan menyebabkan peningkatan produk (output) yang semakin berkurang. Dalam daerah II hasil produksi total bertambah, hasil produksi marginal menurun. Pada daerah ini akan tercapai keuntungan maksimum karena faktor-faktor produksi yang digunakan telah dialokasikan secara optimal, sehingga daerah ini disebut daerah yang rasional.
  • Daerah III yaitu daerah yang mempunyai beseran elastisitas produksi lebih kecil dari pada nol (Ep < 0). Pada daerah ini setiap penambahan faktor-faktor produksi yang digunakan akan menyebabkan penurunan jumlah produk (output) yang dihasilkan sehingga pengguna faktor-faktor produksi tersebut tidak efisien. Dalam daerah III hasil produksi total menurun, sehingga daerah ini tidak menguntungkan untuk berusaha dengan kombinasi sumber-sumber yang ada. Daerah ini disebut daerah yang irrasional.
Dengan demikian ada tiga bentuk skala usaha dalam suatu proses produksi yaitu :
  • Bila jumlah koefisien regresi lebih besar dari satu, menunjukka bahwa skala usaha produksi berada dalam keadaan meningkat (increasing return to scale) artinya bahwa proporsi penambahan masukan-produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.
  • Bila jumlah koefisien regresi sama dengan satu, menunjukkan bahwa skala usaha produksi dalam keadaan tetap (counstant return to scale) artinya penambahan masukan-produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang lebih kecil.
2.5   Efesiensi Ekonomi
            Seorang produsen selalu berusaha memaksimumkan keuntungan usahanya namun demikian belum tentu usaha produksinya dalam kondisi dimana dia memperoleh tingkat keuntungan yang maksimum. Dengan kata lain, alokasi sumber daya alam melaksanakan proses tersebut belum tentu efisien, oleh karena itu perlu diketahui konsep efisiensi dalam melaksanakan proses produksinya.
            Bishop and Taussant (1979) mengemukakan bahwa, dalam analisa ekonomi, efisiensi bertindak sebagai alat pengukur untuk menilai pemilihan-pemilihan. Efisiensi pada umumnya menunjukkan perbandingan antara nilai-nilai output terhadap nilai-nilai input. Lebih lanjut dikemukakan bahwa, suatu metode produksi dikatakan lebih efisien dari pada yang lain apabila metode tersebut menghasilkan output yang lebih tinggi nilainya untuk perkesatuan input yang dugunakan. Dengan demikian dalam menilai pemilihan-pemilihan suatu cara bertindak dipandang lebih disukai dari pada yang lain jika cara tersebut lebih efisien.
            Menurut Mubyarto (1984) bahwa efisiensi produksi yaitu banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari kesatuan factor produksi (input). Kalau efisiensi ini kemudian dinilai denga uang maka disebut efisien ekonomi.
            Efisiensi adalah suatu ukuran jumlah relative dari beberapa input yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Efisiensi ekonomi mengandung dua unsur efisiensi yaitu efisiensi teknis dan efisiensi harga. Efisiensi teknis menyatakan bahwa produk rata-rata maksimum yang diperoleh dengan penggunaan kombinasi masukan tertentu dalam pengertian fungsi produksi. Sedangkan efisiensi harga menghasilkan nilai produk marginal sama dengan biaya oppotunitas dari masukan.
            Untuk memperoleh pendapatan bersih yang maksimum, para produsen harus mengetahui beberapa banyak mereka harus menggunakan input. Dalam hal ini mereka memerlukan keterangan tentang daya produksi dari input yang mereka gunakan. Kalau harga-harga input dan harga output diketahui, perbandingan harga-harga untuk setiap input yang digunakan terhadap harga output harus sama dengan produk marginal untuk setiap input yang digunakan tersebut.
            Menurut Mubyarto (1984) bahwa, apabila ada persaingan sempurna dipasar faktor-faktor produksi dan hasil produksi, maka petani akan berbuat rasional dan mencapai efisiensi tinggi bila faktor-faktor produksi itu sudah dikombinasikan sedemikian rupa sehingga rasio tambahan hasil fisik dari faktor produksi dengan harga faktor produksi untuk setiap faktor produksi yang digunakan. Kalau produk marginal lebih besar dari perbandingan harga input-output maka penggunaan input tersebut haruslah ditambah. Kalau produk marginal kurang dari perbandingan harga input-output maka pengguna input tersebut harus dikurangi. Demikian pula, kalau produk marginal dan perbandingan harganya sama, ini bearti produsen secara ekonomis efisien.
            Jika Y merupaka produk yang dihasilkan, Hy adalah harga satuan dari produk tersebut, Xi merupakan faktor produksi ke-I dah Hxi adalah harga-harga faktor produksi ke-I serta BT merupakan biaya faktor produksi tetap, maka besarnya keuntungan dapat dirumuskan sbb :
            π = Y.Hy - ∑ Xi. Hxi – BT
            Keuntungan maksimum dari uasaha tersebut dapat dicapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan diatas terhadap faktor-faktor produksi adalah sama dengan nol, dengan asumsi bahwa Hy tidak burubah besarnya dengan jumlah yang dijual dan Hxi juga tidak berubah besarnya dengan banyaknya Xi yang digunakan, seningga syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai keuntungan yang maksimum adalah :
                        π          = Y. Hy - ∑ Xi. Hxi – BT
Hy. Dy/dxi – Hxi          = 0
Dy/dxi                          = Hxi/Hy
MPxi                            = Hxi/Hy
Dimana :           Y         = Produk yg dihasilkan (output)
                        Xi         = Faktor produksi ke-I yg digunakan (input)
                        Hy        = Harga satuan output tsb
                        Hxi       = Harga factor ke-i
                        MPxi    = Marginal produksi untuk setiap input ke-i
            Dengan demikian tingkat penggunaan faktor-faktor produksi yang telah menggunakan kombinasi optimal dan telah tercapai kondisi dimana keuntungan yang maksimum dapat dipenuhi apabila nilai NPM sebanding dengan BKM untuk masing-masing factor-faktor produksi harus sama dengan satu (Soekartawi, 1994).
2.6.      Hasil Penelitian Sebelumnya yang Relevan
Achmad Gusasi, dkk (2006), Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Ternak Ayam Potong pada Skala Usaha Kecil, tujuannya adalah untuk menelusuri komponen faktor produksi yang digunakan dalam pengelolaan usaha, dan ingin mengetahui pendapatan bersih yang dapat diperoleh pada setiap tingkatan skala usaha serta tingkat efisiensinya, Hasil penelitiannya:
  • Perbedaan pendapatan usaha pada setiap tingkatan skala usaha sangat nyata sehingga manfaat dan keuntungan dapat diperoleh pada skala usaha yang lebih besar.
  • Semakin besar skala usaha yang dilakukan, maka semakin besar pula tingkat efisiensinya.
  • Antisipasi faktor lingkungan dan keamanan yang sering menyebabkan pengaruh pada kebocoran dan kehilangan dapat menyebabkan berkurangnya penerimaan dan membengkaknya pengeluaran serta menyebabkan tidak efisien dalam pengelolaan.
Satria Putra Utama (2003), Kajian Efisiensi Teknis Usahatani Padi Sawah Pada Petani Peserta Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efisiensi teknis usahatani padi sawah pada petani yang mengikuti program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dengan menggunakan teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT), metode analisis yang digunakan adalah stochastic production frontier Cobb-Douglas dengan menggunakan MLE. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa nitrogen, penggunaan tenaga kerja, insektisida, irigasi, dan SLPHT mempunyai hubungan yang positive dan berpengaruh nyata terhadap nilai produksi. Rodentisida mempunyai hubungan yang negative dan mempengaruhi secara nyata terhadap produksi, ini berarti bahwa peningkatan penggunaan rodentisida akan menurunkan produksi padi. Peningkatan produksi padi dapat dilakukan dengan cara mengoptimumkan penggunaan input dalam berusahatani. Ini terlihat dari hasil perhitungan efisiensi teknis diantara petani anggota SLPHT yaitu sebesar 66%, ini berarti bahwa peluang untuk meningkatkan efisiensi teknis usahatani mereka masih sekitar 34% jika dibandingkan dengan praktek dari petani terbaik.







2.7.   Kerangka Pemikiran
            Dalam melaksanakan suatu kegiatan produksi akan mengalokasikan faktor-faktor produksi (input) yang dimilikinya seefisien mungkin untuk memperoleh hasil yang optimum. Cara demikian berarti produsen melakukan konsep bagaimana upaya untuk memaksimumkan keuntungan, oleh sebab itu untuk mencapai keuntungan yang maksimum petani ikan harus dapat menjamin ketersediaan faktor-faktor produksi yang diperlukan dalam jumlah yang cukup dan dengan kombinasi yang tepat, atau dengan kata-kata lain penggunaan faktor-faktor produksi diguna secara optimal.
            Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha budidaya ikan mas dalam KJA ini adalah factor yang dapat dikendalikan dan factor yang tidak dapat dikendalikan. Faktor yang dapat dikendalikan adalah penggunaan benih, pakan, tenaga kerja dan luas jaring terapung yang akan dimasukkan dalam model pendugaan. Sedangkan yang termasuk kedalam faktor yang tidak dapat dikendalikan adalah factor alam seperti suhu, arus, cuaca serta kondisi perairan lainnya yang tidak dimasukkan dalam model pendugaan.
            Yang akan dianalisa pada penelitian ini adalah efisiensi ekonomi pada budidaya ikan mas agar diperoleh keuntungan maksimum bagi para petani, besaran nilai efisiensi ekonomi tergantung pada nilai efisiensi teknis dan efisiensi harga. Secara skematis hubungan antara perubahan harga, alokasi input, efisiensi usaha budidaya ikan mas dalam KJA dan output yang dihasilkan dapat digambarkan pada skema kerangka pemikiran yaitu :





















Gambar 1.     Kerangka Pendekatan Studi pada Analisis Efisiensi Budidaya Ikan
Mas dalam Keramba Jaring Apung (KJA)

2.8.      Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis dapat diangkat yaitu sebagai berikut :
  • Diduga input produksi yaitu luas lahan, pakan, benih, obat dan tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi usaha budidaya ikan mas dalam KJA.
  • Diduga penggunaan faktor-faktor produksi pada budidaya ikan mas dalam KJA belum optimal sehingga keuntungan maksimal belum tercapai.
  • Diduga usaha budidaya ikan mas dalam KJA belum efisien.



III. Metode Penelitian


3.1      Ruanglingkup Penelitian
Penelitian dilakukan dalam bentuk studi kasus, dilaksanakan di Kecamatan Sei Binjai, Kabupaten Bungo. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan secara sengaja (Purposive), karena daerah ini memiliki usahatani budidaya ikan mas dalam KJA yang diusahakan oleh petani. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011, Adapun lingkup data penelitian ini adalah pelaksanaan metode penelitian pada usaha budidaya ikan mas dalam keramba jaring apung, dengan metode pendekatan, diskusi, dan sistem pengelolaan usaha perikanan sehingga data yang di perlukan merupakan data primer maupun skunder.
3.2      Sumber dan Metode Pengumpulan Data
Sumber data dari metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Kasus, yaitu usaha budidaya ikan mas di KJA. Sedangkan metode pengumpulan data dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu data primer dan data skunder. Data primer didapat dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner,pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencakup semua keterangan mengenai keadaan sosial ekonomi petani ikan serta teknik budidaya ikan mas dalam KJA. Sedangkan data skunder berupa data mengenai keadaan umum daerah penelitian dari berbagai instansi yang berhubungan, seperti dinas perikanan.



3.3      Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah “purposive random sampling”, dimana untuk setiap pengambilan sample dilakukan secara acak tetapi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Singarimbun dan Effendi, 1989). Populasi dengan keseluruhan yang membudidayakan ikan di keramba terapung berjumlah 15 orang maka sample dilakukan sebanyak 5 orang petani ikan tersebut. Purposive yang dimaksud adalah bahwa hanya petani ikan mas saja yang diambil sebagai responden, random sampling artinya bahwa responden diambil secara acak dari keseluruhan petani yang melakukan usaha budidaya ikan mas. Adapun pertimbangan-pertimbangan tersebut adalah petani ikan yang terdapat di Muara Bungo khususnya untuk daerah kecamatan Sei Binjai, petani ikan yang memiliki KJA dan petani ikan yang melakukan pemeliharaan ikan sampai pemanenan.
3.4      Metode Analisis Data
Untuk menduga besarnya produksi usaha budidaya ikan mas dalam KJA digunakan fungsi produksi cobb-douglass. Model fungsi cobb-douglass ditulis dalam bentuk linier dan diolah dengan regresi sederhana adalah :
  • Dalam praktek, faktor yang mempengaruhi suatu kejadian adalah lebih dari satu variabel.
  • Garis penduga yang didapatkan akan lebih baik dan tidak begitu bias bila dibandingkan dengan cara analisis regresi sederhana.
Adapun penggunaan fungsi produksi cobb-douglass adalah sbb :
Ln Y = bo + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + u Ln e ….. (Model I )
Dimana :           Y = Produksi ikan (kg)
                        X1 = Luas keramba jaring apung (m²)
                        X2 = Padat penebaran ikan (kg)
                        X3 = Tenaga kerja (HKP)
                        X4 = Pakan (kg)
                        Bo,bi = Besaran yg akan diduga (i = 1,2,3 dan 4)
                        u = Kesalahan (disturbance term)
                        Ln = Logaritma natural, e = 2,718
            Pendugaan nilai koefisien (bi) dari fungsi tersebut dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Maka dilakukan pengujian statistic terhadap model tersebut.
            Untuk mengetahui pengaruh faktor produksi (Xi) secara bersama-sama terhadap output (Y) dilakukan uji F (uji simultan). Uji F ini digunakan untuk menguji apakah seluruh variabel penjelas (independent variabel) secara statistik mempunyai hubungan yang nyata (significant) dg produk (output).
Hipotesis yang diuji adalah :
  • Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = 0
  • H1 : paling sedikit satu nilai bi ≠ 0
F hitung = JKR/(k - 1)
              JKD/(n - k)
Dimana :           JKR = Jumlah kuadrat regresi
                        JKD = Jumlah kuadrat residual
                        n       = Jumlah sample
                        k       = Jumlah variabel
  • Jika F hitung < F tabel, maka Ho dapat diterima artinya faktor produksi serempak tidak berpangaruh nyata terhadap output.
  • Jika F hitung > F tabel, maka tolak Ho artinya faktor produksi secara serempak berpangaruh nyata terhadap output.
Uji statistik yang dilakukan selanjutnya adalah uji t (t test). Uji t test ini digunakan untuk menguji apakah masing-masing variabel penjelas significant (nyata) secara statistik mempunyai hubungan yg nyata dg produk (output) atau uji ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing faktor produksi (Xi) sebagai variabel bebas mempengaruhi produksi (Y) sebagai variabel tidak bebas.
            Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut :
  • Ho : bi = 0 ( tidak berpengaruh)
  • H1 : bi ≠ 0 (berpengaruh)
t hitung =  bi 
               S bi
  • Jika t hitung < t table, maka diterima Ho artinya Xi tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi (Y).
  • Jika t hitung > t table, maka ditolak Ho artinya Xi berpengaruh nyata terhadap hasil produksi (Y).
Salah satu ukuran statistic yang perlu untuk mengetahui apakah fungsi pendugaan yang dihasilkan cukup baik (goodness of fit) untuk mengestimasi nilai variabel bebas adalah koefisien determinasi R². Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase pariasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang dihasilkan (Algifari, 1997). Besarnya koefisien determinasi dari 0 – 1. Semakin mendekati nol besarnya koefisien determinasi suatu persamaan regresi, maka semakin kecil pula pengaruh semua variabel tidak bebas terhadap variabel bebas. Sebaliknya, semakin mendekati satu besarnya koefisien determinasi suatu persamaan regresi, maka semakin besar pula pengaruh semua variabel tidak bebas terhadap variabel bebas.
Untuk mengetahui apakah asumsi fungsi cobb-douglass terpenuhi, yaitu nilai elastisitas sama dengan satu, maka digunakan uji f statistik Tintner. Hipotesa yang akan diuji adalah :
Ho : bi = 1
H1 : bi ≠ 1
            F hitung = e2² - e1²
                                e1²
dimana :            e1² = Jumlah kuadrat sisa fungsi terbuka
                        e2² = Jumlah kuadrat sisa fungsi tertutup ¹
                        n    = Jumlah sample
                        k    = Jumlah variabel
  • Jika F hitung < F tabel, maka Ho dapat diterima artinya asumsi fungsi produksi cobb-douglass telah terpenuhi.
  • Jika F hitung > F tabel, maka tolak Ho artinya asumsi fungsi produksi cobb-douglass belum terpenuhi.
Ln Y = Ln bo + b1 Ln (X1) + b2 Ln (X2) + b3 Ln (X3) + … + bn Ln (Xn)
b1 + b2 + b3 + … + bn = 1
b1 = 1- (b2 + b3 + … + bn)
Ln Y = Ln bo + {1 – (b2 + b3 … + bn) } Ln (X1) + b2 Ln (X2) + b3 Ln (X3) + …+ bn Ln (Xn)
Ln{Y-(X1)}= Ln bo+b2{Ln(X2)-Ln(X1)}+b3{Ln(X3)-Ln(X1)}+ …+bn{Ln(Xn)-Ln(X1)}
            Jika:      Ln (Z) = Ln (X2) – Ln (X1)
                        Ln (U) = Ln (X3) – Ln (X1)
                        Ln (V) = Ln (Xn) – Ln (X1)
Maka persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk :
Ln (Z) = Ln bo + b2 Ln (U) + b3 Ln (V)
Keuntungan dari usaha budidaya ikan mas dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
π = Y.Hy - ∑ Xi.Hxi
Keuntungan makimum tercapai apabila turunan pertama dari fungsi keuntungan terhadap masing-masing faktor produksi sama dengan nol atau dirumuskan sbb :
dπ/dxi               = 0
Hy.dy/dxi-Hxi   = 0
Hy.dy/dxi         = Hxi
NPMxi             = BKMxi
Dimana :           Y         = Produk yang dihasilkan (output)
                        Xi         = Faktor produksi ke-I yang digunakan (input)
                        Hy        = Harga output tersebut
                        Hxi       = Harga faktor produksi ke-i
                        NPMxi = Nilai marginal produksi untuk setiap input ke-i
                        BKMxi= Biaya korban marginal
            Dengan demikian tingkat penggunaanfaktor-faktor produksi yang telah menggunakan kombinasi optimal dan telah tercapai kondisi dimana keuntungan yang maksimum dapat dipenuhi apabila nilai NPM sebanding dengan BKM untuk masing-masing faktor-faktor produksi harus sama dengan satu (Soekartawi, 1994).

3.5      Konsepsi Pengukuran
·        Yang dimaksud dengan satu unit KJA adalah luasan KJA berukuran 4m × 4m.
·        Produksi (Y) adalah berat total ikan mas yang dihasilkan persiklus usaha dengan menggunakan faktor produksi tertentu, satuan pengukuran yang digunakan adalah kg/unit.
·        Luas keramba jaring apung (KJA) adalah luas tempat yang digunakan untuk melakukan usaha budidaya ikan mas dalam KJA (m²).
·        Pakan adalah pakan yang dibutuhkan ikan berasal dari luar perairan (pakan komersial) yang diukur dalam kg.
·        Tenaga kerja untuk usaha budidaya ikan adalah jumlah tenaga kerja yang diperlikan pada saat pemeliharaan ikan, yang dinyatakan dalam hari kerja pria (HKP).
·        Total penebaran benih ikan adalah banyaknya jumlah benih ikan yang ditebar selama satu kali musim pemeliharaan, dengan satuan pengukuran kg/unit KJA.
·        Efisiensi ekonomis adalah tingkat yang dicapai oleh produksi yang meningkat dan dapat memaksimumkan keuntungan atau dapat meminimumkan biaya. Efisiensi diukur oleh keuntungan, sebab keuntungan dicapai melalui biaya-biaya yang merupakan suatu kombinasi yang tepat dari faktor-faktor produksi dengan asumsi bahwa harga faktor  produksi dan harga produk bergejala tetap.





DAFTAR PUSTAKA


Achmad Gusasi, dkk. 2006. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Ternak Ayam Potong pada Skala Usaha Kecil
Algifari, 1997. Analisis Regresi (Teori, Kasus dan solusi). Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta
Asnawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. PT. Gramedia, Jakarta
Battie, B. R. dan Taylor, C.R. 1996. Ekonomi Produksi (Terjemahan). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 340 hal
Bishop, C.E. dan Taussaint, W.D. 1979. Pengantar Analisis Ekonomi Pertanian (Terjemahan). Penerbit Mutiara.Jakarta
Dwiati, N. R. 1997. Usaha Budidaya Ikan dalam Jaring Apung di Desa Bongas, Kecamatan Cilili, Kabupaten Bandung.
Gujarati, 1991. Ekonometrika Dasar (Terjemahan). Cetakan keEmpat. Erlangga. Jakarta
Lestari, A. 1994. Analisis Penggunaan Faktor-faktor Produksi Usaha Budidaya Udang. Laporan Praktek Lapangan. IPB Bogor.
Lipsey, G.R. Counrant, P.N. Purvis, D.D dan Stainer, P.O. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi. Binasaputra Akasara. Jakarta. 345 hal
Mubyarto, 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Yogyakarta.
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. 622 hal
Raharjo, Hartono. 1999. Sarana dan Prasarana Budidaya Ikan Mas di Keramba Jaring Apung.
Rochdianto, A. 1995. Budidaya Ikan Dalam Jaring Apung. Penebar Swadaya. Jakarta. 71 hal
Sadili, D. dan Koeshendrajana, S. 1996. Analisis Sosial Ekonomi Budidaya Ikan Dikeramba Jaring Apung
Satria Putra Utama, 2003. Kajian Efisiensi Teknis Usahatani Padi Sawah Pada Petani Peserta Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di Sumatera Barat.
Singarimbun, M. dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. 336 hal.
Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglass. Raja Gafindo Persada. Jakarta. 257 hal